Meski
judul di atas terlihat profokatif, bukan berarti saya bermaksud
membenturkan kedua komoditi tersebut. Saya ingin memaparkan data data
fisik yang menjadi ciri khas yang membedakan kedua tanaman ini. Beberapa
kali saya temui rekan yang menganggap suweg sebagai porang yang
bernilai ekonomis tinggi.
Sampai saat ini saya cukup bisa
memahami kenapa begitu sulit mengajak teman, saudara atau kenalan,
apalagi yang tidak kenal - untuk beramai-ramai membudidayakan Porang di
kebun mereka yang menganggur karena tidak bisa ditanami dengan tanaman
palawija atau tanaman pangan yang membutuhkan sinar matahari langsung.
Ada
lagi alasan yang menyebabkan pemaparan saya mengenai potensi ekonomis
porang kurang mereka minati (mungkin loh), adalah mereka menganggap
suweg sama dengan Porang. Jadi mereka pikir tidak masuk akal jika
makanan desa tersebut bisa laku dijual mahal.
Satu lagi alasan
keengganan menanam Porang adalah, umbi tanaman ini tidak bisa langsung
dikonsumsi, sementara jika dibandingkan dengan suweg, dengan sekedar
direbus saja sudah bisa dimakan sebagai pengganti nasi.
Suweg
bukan porang, begitu pula sebaliknya. Yang sering membingungkan adalah,
karena nampak fisik luarnya 80% mirip. Tetapi meski begitu, kita masih
memiliki kesempatan 20% untuk mengenali perbedaan diantara keduanya.
1.
Keduanya memiliki daun yang 100% sama. Bentuk menjari, pangkal daun 3,
kadang daun berwarna hijau cenderung gelap, kadang juga hijau cerah.
Tetapi daun porang masih bisa kita kenali dengan melihat titik pangkal
daunnya, pada tempat itu akan terlihat bulatan kecil berwarna hija cerah
hingga coklat sebagai bakal tumbuhnya bulbil, titik tersebut mulai
terlihat sejak tanaman berusia kurang lebih 2 bulan. Titik bulbil
tersebut sangat kentara, jadi tidak perlu khawatir salah. Lebih jelas
lagi pada tanaman dengan usia lebih dari satu tahun, karena titik
pertumbuhan bulbil lebih banyak lagi, pada pangkal daun yang bercabang
menyebar di banyak tempat.
2. Keduanya memiliki batang yang sama,
berwarna hijau cerah dengan totol-totol putih. Tapi tunggu dulu,
cobalah meraba batang tersebut dengan seksama. Tidak akan terlalu lama
untuk memastikan bahwa salah satunya bertekstur kasar, sedang yang
lainnya halus mulus. Batang yang halus inilah yang merupakan batang
tanaman Porang, tidak akan salah.
3. Ketika umbi sudah dipanen,
lihatlah kondisi fisik luarnya. Jika umbi memiliki titik-titik
percabangan umbi, seperti terlihat berupa benjolan ke samping, maka
pastilah itu umbi suweg, karena umbi porang berupa umbi tunggal. Lalu
irislah sedikit umbinya, semakin terlihat dengan jelas perbedaan
umbinya. Karena umbi suweg berwarna putih kadang cenderung berwarna ungu
atau merah jambu, sedangkan umbi porang kuning cerah (ingat bendera
partai Golkar? tidak akan salah lagi, warnanya seperti itu). Tetapi akan
ada sedikit masalah jika anda menemui umbi berwarna kuning cerah,
tetapi ada benjolan titik tumbuh, di beberapa daerah menamai umbi
semacam itu dengan nama walur, dan bisa dipastikan itu bukan porang,
karena serat umbinya kasar, sedangkan porang serat umbinya halus nyaris
tak terlihat, hanya berupa titik-titik saja.
Say sebagai pemula, masih bingung untuk pemasaran porang. Bisa bantu ga gan?
BalasHapus